Reume 1 : Pendidikan Multikultural

A. Pengertian Pendidikan Multikultural
Pendidikan Multikultural adalah pendidikan yang menghargai perbedaan dan mewadahi beragam perspektif dari berbagai kelompok kultural
Pendidikan multikultural adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku, dan aliran (agama).
Ibrahim,rustam (2013) "PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: Pengertian, Prinsip, dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam"  7 (1), 129
B. Fokus Pendidikan Multikultural
Menurut James Banks yang dikenal sebagai perintis pendidikan multikultural, penekanan dan perhatian difokuskan pada pendidikannya. Banks yakin bahwa sebagian dari pendidikan lebih mengarah pada mengajari bagaimana berpikir daripada apa yang dipikirkan. Ia menjelaskan bahwa siswa harus diajari memahami semua jenis pengetahuan, aktif mendiskusikan konstruksi pengetahuan (knowledge construction) dan interpretasi yang berbda-beda (Banks, 1993).
C. Ciri Pendidikan Multicultural
Tujuannya membentuk“manusia budaya” dan menciptakan masyarakat berbudaya 
2) materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis 
3) metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis
4) evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tingkah laku terhadap budaya lainnya
D. Paradigma Pendidikan Multi cultural
Pendidikan multi cultural menurut Zamroni (2011) adalah:
  1. pendidikan multikultural adalah jantung untuk menciptakan kesetaraan pendidikan bagi seluruh warga masyarakat.
  2. pendidikan multikultural bukan hanya sekedar mengubah kurikulum saja ataupun perubahan metode belajar.
  3. pendidikan multikultural mentransformasi kesadaran ke arah kemana transformasi praktik pendidikan harus dituju.
  4. pengalaman menunjukan bahwa upaya mempersempit kesenjangan pendidikan salah arah yang justru menciptakan ketimpangan semakin membesar.
Paradigma pendidikan multikultural bermanfaat untuk membangun kohesifitas, soliditas dan intimitas di antara keragamannya etnik, ras, agama, budaya dan kebutuhan dalam kehidupan bersama. Pendidikan multi cultural seharusnya diterapkan di Indonesia mengingat bahwa masyarakatnya yang heterogen. Langkah awal dalam evaluasi adalam merumuskan standar kompetensi pendidikan multikultural yang selanjutnya dari standar kompetensi ini dijabarkan lebih lanjut dalam kompetensi dasar .
Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu: horizontal dan vertikal. Dalam perspektif horizontal, kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari perbedaan agama, etnis, bahasa daerah, geografis, pakaian, makanan, dan budayanya.  Sementara, dalam perspektif vertikal, kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari perbedaan tingkat pendidikan, ekonomi, pemukiman, pekerjaan, dan tingkat social budaya
E. Pendekatan Pendidikan Multikultural
Menurut Santrock :
1.         Pengajaran yang relevan secara cultural
            Pengajaran yang relevan secara cultural adalah aspek penting dari pendidikan multicultural. Pengajaran ini dimaksudkan untuk menjalin hubungan dengan latar belakang cultural dari pelajar.
  1. Pendidikan yang berpusat pada isu
            Dalam pendekatan ini murud diajari secara    sistematis untuk mengkaji isu-isu yang berkaitan dengan kesetaraan dan keadilan sosial. Pendidikan ini tak hanya mengklarifikasi nilai, tetapi juga mengkaji alternatif dan konsekuensi dari pandangan tertentu yang dianut murid.
Menurut Hermandez ada 4 pendekatan untuk menerapkan pendidikan multikultural, yaitu:
  1. Pendekatan kontribusi
  2. Pendekatan tambahan
  3. Pendekatan transformasi
  4. Pendekatan aksi sosial
F. Wacana Pendidikan Multikulturalisme
Di Indonesia wacana pendidikan multikultural masih dipandang relatif baru dikenal sebagai metode pendekatan permasalahan bagi masyarakat yang heterogin. Pada masa otonomi dan desentralsisasi yang telah diberlakukan sejak 1999 hingga sekarang, pemberlakuan pendidikan multikultural sejalan dengan misi pengembangan demokrasi yang dikonsepsikan melalui pelaksanaan otonomi daerah.
Namun jika otonomisasi kekuasaan daerah tidak dilaksanakan dengan baik justeru dapat menjerumuskan kita ke arah perpecahan.
Wacana pendidikan multikultural atau pendidikan berwawasan multikulturalisme dimaksudkan untuk merespon dampak perkembangan globalisasi, dan fenomena konflik etnis, sosial budaya, yang sering muncul di kalangan masyarakat Indonesia yang berwajah multikultural.
Kerawanan konflik ini sewaktu – waktu bisa timbul akibat suhu politik, agama, sosio budaya yang memanas. Penyebab konflik sangat kompleks namun sering disebabkan karena perbedaan etnis, agama, ras.
Kasus perbedaan SARA yang pernah terjadi di tanah air belum lama ini misalnya konflik Ambon, Poso, dan konflik etnis Dayak dengan suku Madura di Sampit. Banyak lagi kasus semacam yang belum kita ketahui atau belum terpublikasi media masa.
Pengalaman kejadian itu menjadi catatan bagi kita semua terutama bagi kalangan pendidikan untuk mengkaji dan mencarikan jalan pemecahannya. Peran pendidikan disini setidaknya memberikan penyadaran (consciousness) kepada masyarakat bahwa pemecahan masalah melalui konflik bukan suatu cara yang baik dan tidak perlu dibudayakan.
Untuk itu pendidikan formal harus mampu memberikan tawaran-tawaran pembelajaran yang mencerdaskan, misalnya mendisain materi, metode, kurikulum yang mampu menyadarkan masyarakat atau peserta didik akan pentingnya sikap toleran, menghormati perbedaan suku, ras, agama dan budaya.
Pendidikan yang kini dibutuhkan bangsa Indonesia yang multikultural adalah pendidikan yang memberikan peran sebagai media transformasi budaya (transformation of culture) dan transformasi pengetahuan (transformation of knowledge). Selama ini pendidikan di Indonesia lebih berorientasi pada perannya sebagai media transformasi pengetahuan.

Daftar Pustaka
Santrock, J.W. 2004. Psikologi Pendidikan: Edisi Kedua. Jakarta: Prenada Media
Banks, James A. (2002). An introduction to multicultural education. Boston: Allyn and Bacon.
Hermandez, 2001. Multicultural Education. A Teacher’s Guide to Linking Context, Process, and
Content (2nd ed). New York, Culombia, Ohio, USA: Merril Prentice Hall.
Mamesha, A. (2017, 4 2). Paradigma pendidikan. Retrieved from academia.edu: http://www.academia.edu/7259216/PARADIGMA_PENDIDIKAN_BERWAWASAN_GLOBAL


Leave a Reply