Pribadi Produktif dengan 6M+B

Firman Allah Ta’ala: fa inna ma’al ‘usri yusran, inna ma’al ‘usri yusran (“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”) Allah memberitahukan bahwa bersama kesulitan itu  terdapat kemudahan. Kemudian Dia mempertegas berita tersebut. Ibnu Jarir meriwayatkan dari al-Hasaan, dia berkata: “Nabi saw. Pernah  keluar rumah pada suatu hari dalam keadaan senang dan gembira, dan beliau juga dalam keadaan tertawa seraya bersabda: “Satu kesulitan itu tidak akan pernah mengalahkan dua kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu terdapat kemudahan.”
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kesulitan itu dapat diketahui pada dua keadaan, dimana kalimatnya dalam bentuk mufrad (tunggal). Sedangkan kemudahan (al-yusr) dalam bentuk nakirah (tidak ada ketentuannya) sehingga bilangannya bertambah banyak. Oleh karena itu beliau bersabda: “Satu kesulitan itu tidak akan pernah mengalahkan dua kemudahan.”
Ibnu Duraid berkata: “Abu Hatim as-Sijistani mengumandangkan syair untukku: “Jika hati telah menguasai keputusasaan. Dan sudah menjadi sempit oleh dada yang lapang. Ia menginjak semua yang tidak disukai dan menjadi tenang,. Dan menancapkan kesulitan di beberapa tempat. Dan untuk menyingkap mudharat, ia tidak melihat jalan. Dia mendatangimu dalam keadaan putus asa dari meminta bantuan. Yang diberikan oleh Yang Mahalembut lagi Mahamengabulkan. Dan setiap kejadian itu jika berakhir, maka akan membawa kepada kebahagiaan yang dekat.”
Penyair lain mengungkapkan: “Tidak jarang musibah itu membuat sempit gerak pemuda, dan pada sisi Allah jalan keluar diperoleh. Lengkap sudah penderitaan. Dan ketika kepungannya mendominasi, maka terbukalah jalan, yang sebelumnya dia menduga musibah itu tiada akhir.”
Firman Allah: fa idzaa faraghta fangshab. Wa ilaa rabbika farghab (“Maka apabila kamu telah selesai [dari suatu urusan], kerjakanlah dengan sungguh-sungguh [urusan] yang lain. Dan hanya  kepada Rabb-mu lah  hendaknya kamu  berharap.”) maksudnya, jika engkau telah selesai mengurus berbagai kepentingan dunia dan semua kesibukannya serta telah  memutus semua jarigannya, maka bersungguh-sungguhlah untuk  menjalankan ibadah serta melangkahlah kepadanya dengan penuh semangat, dengan hati yang kosong lagi tulus, serta niat karena Allah. Dari pengertian ini terdapat sabda Rasulullah saw. Di dalam hadits yang diserpakati keshahihannya: “Tidak sempurna shalat seseorang ketika makanan telah dihidangkan dan tidak sempurna pula shalat dalam keadaan menahan buang air kecil dan besar.”
Dan dari Ibnu Mas’ud: “Jika engkau telah selesai menunaikan berbagai kewajiban, maka bersungguh-sungguhlah untuk melakukan Qiyamul lain. Dan dalam sebuah riwayat dari Ibnu Mas’ud: fangshab. Wa ilaa rabbika farghab (“dan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh. Dan hanya kepada Rabb-mu lah hendaknya kamu berharap.”) setelah selesai dari shalat yang engkau kerjakan sedang engkau masih dalam keadaan duduk. ‘Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: “Jika engkau telah selesai, maka bersungguh-sunguhlah, yakni berdoa.

Sebagian mufassir menafsirkan, bahwa apabila kamu (Muhammad) telah selesai berdakwah, maka beribadahlah kepada Allah; apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia, maka kerjakanlah urusan akhirat, atau apabila kamu telah selesai dari kesibukan dunia, maka bersungguh-sungguhlah dalam beribadah dan berdoa. Ada pula yang berpendapat, bahwa maksudnya adalah, apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, maka berdoalah. Orang yang berpendapat demikian, berdalih dengan pendapat tafsir ini, bahwa disyariatkan berdoa dan berdzikr setelah shalat fardhu.
            Surah Al-Insyirah ini diturunkan ketika Rasulullah saw. mengalami duka karena ditinggal oleh paman dan istri yang dicintainya dalam waktu yang berdekatan di tahun yang sama. Pesan dari ayat ini adalah bahwa Allah berjanji, pasti ada jalan keluar dari setiap masalah. Manusia harus tetap melanjutkan hidupnya, dan teruslah beraktifitas. Menjalin hubungan yang indah antara makhluk dengan Allah swt dengan tetap beribadah dan bersyukur. Menjalin hubungan yang baik antar sesama makhluk dengan tidak menarik diri dari lingkungan sosial dan terus beraktifitas.
            Allah swt memerintahkan bahwa ketika selesai dengan suatu urusan, maka tetaplah bekerja keras dalam urusan yang lain. Ayat ke tujuh surah Al-Insyirah ini mengatakan bahwa ketika engkau mendapat kesedihan, duka, maka Allah swt tidak melarang umatnya untuk bersedih. Hanya saja, bukan kesedihan berkepanjangan. Dalam ayat ini dijelaskan, untuk melupakan kesedihan itu, maka tetaplah bekerja keras untuk urusan lainnya. Bekerja keras membutuhkan fokus, untuk hasil terbaik maka diperlukan totalitas. Manusia diminta fokus dengan urusannya, tidak larut dengan satu titik atau satu bagian dari kehidupan. Apalagi larut dengan kesedihan.
            Jika dilihat kondisi hari ini, kebanyakan umat muslim tidak menjadikan ayat dari surah Al-Insyirah ini sebagai kunci untuk move on dan membiarkan kesedihan tersebut menguasai mereka. Dalam surah ini Allah swt. telah jelas memberikan solusi ketika seseorang bersedih maka bergeraklah. Bahkan tidak jarang, manusia memelihara memori tentang kesedihan tersebut dengan terus bermenung, menyendiri atau menarik diri dari lingkungan sosial, mendengarkan lagu sedih, dan akhirnya tidak melakukan apa-apa. Hari ini, manusia lebih memilih fokus dengan kesedihan tersebut, fokus dengan satu bagian dari kehidupan itu dengan terus berandai-andai.
            Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kesedihan adalah olahraga, menulis, belajar kesenian menjahit, menyulam, melukis, memahat, mengukir ataupun bermain musik. Aktivitas-aktivitas ini membutuhkan konsentrasi dan fokus yang besar dalam pengerjaannya dan tidak berlalu begitu saja, karena bermanfaat untuk perkembangan otak, memori, dan mampu menjadi sarana training untuk mengendalikan emosi. Selain memiliki dampak positif terhadap fisiologis dan spikologis, tetap beraktivitas dengan fokus dan teratur juga memberikan dampak positif terhadap ekonomi. Beberapa hasil dari kegiatan ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, misalnya karya tulis, lukisan, patung, kain hasil jahitan dan sulam.

Kegiatan positif yang dilakukan dengan fokus dan kerja keras pasti membuahkan hasil positif. Seseorang yang sedih lalu kemudian menjadikan kesedihan itu sebagai batu pijakan untuk bangkit, memilih olahraga atau bermain musik untuk mengendalikan kesedihannya, konsentrasi, fokus dan konsisten di bidang tersebut maka ia mampu manjadi otlet atau musisi dengan kualitas diri yang mumpuni.
Jadilah pribadi produktif dengan memiliki keterampilan menulis, menjahit, melukis, menyulam, mengukir, memahat, bermain dan menguasai musik.

Leave a Reply