Firman Allah Ta’ala: fa inna ma’al ‘usri yusran, inna
ma’al ‘usri yusran (“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”) Allah memberitahukan bahwa
bersama kesulitan itu terdapat kemudahan. Kemudian Dia mempertegas berita
tersebut. Ibnu Jarir meriwayatkan dari al-Hasaan, dia berkata: “Nabi saw.
Pernah keluar rumah pada suatu hari dalam keadaan senang dan gembira, dan
beliau juga dalam keadaan tertawa seraya bersabda: “Satu kesulitan itu tidak
akan pernah mengalahkan dua kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu
terdapat kemudahan.”
Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa kesulitan itu dapat diketahui pada dua keadaan,
dimana kalimatnya dalam bentuk mufrad (tunggal). Sedangkan kemudahan (al-yusr)
dalam bentuk nakirah (tidak ada ketentuannya) sehingga bilangannya bertambah
banyak. Oleh karena itu beliau bersabda: “Satu kesulitan itu tidak akan pernah
mengalahkan dua kemudahan.”
Ibnu
Duraid berkata: “Abu Hatim as-Sijistani mengumandangkan syair untukku: “Jika
hati telah menguasai keputusasaan. Dan sudah menjadi sempit oleh dada yang
lapang. Ia menginjak semua yang tidak disukai dan menjadi tenang,. Dan
menancapkan kesulitan di beberapa tempat. Dan untuk menyingkap mudharat, ia tidak
melihat jalan. Dia mendatangimu dalam keadaan putus asa dari meminta bantuan.
Yang diberikan oleh Yang Mahalembut lagi Mahamengabulkan. Dan setiap kejadian
itu jika berakhir, maka akan membawa kepada kebahagiaan yang dekat.”
Penyair
lain mengungkapkan: “Tidak jarang musibah itu membuat sempit gerak pemuda, dan
pada sisi Allah jalan keluar diperoleh. Lengkap sudah penderitaan. Dan ketika
kepungannya mendominasi, maka terbukalah jalan, yang sebelumnya dia menduga
musibah itu tiada akhir.”
Firman
Allah: fa idzaa faraghta fangshab. Wa ilaa rabbika farghab (“Maka apabila kamu
telah selesai [dari suatu urusan], kerjakanlah dengan sungguh-sungguh [urusan]
yang lain. Dan hanya kepada Rabb-mu lah hendaknya kamu
berharap.”) maksudnya, jika engkau telah selesai mengurus berbagai kepentingan
dunia dan semua kesibukannya serta telah memutus semua jarigannya, maka
bersungguh-sungguhlah untuk menjalankan ibadah serta melangkahlah
kepadanya dengan penuh semangat, dengan hati yang kosong lagi tulus, serta niat
karena Allah. Dari pengertian ini terdapat sabda Rasulullah saw. Di dalam
hadits yang diserpakati keshahihannya: “Tidak sempurna shalat seseorang ketika
makanan telah dihidangkan dan tidak sempurna pula shalat dalam keadaan menahan
buang air kecil dan besar.”
Dan
dari Ibnu Mas’ud: “Jika engkau telah selesai menunaikan berbagai kewajiban,
maka bersungguh-sungguhlah untuk melakukan Qiyamul lain. Dan dalam sebuah
riwayat dari Ibnu Mas’ud: fangshab. Wa ilaa rabbika farghab (“dan kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh. Dan hanya kepada Rabb-mu lah hendaknya kamu berharap.”)
setelah selesai dari shalat yang engkau kerjakan sedang engkau masih dalam
keadaan duduk. ‘Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata:
“Jika engkau telah selesai, maka bersungguh-sunguhlah, yakni berdoa.
Sebagian mufassir menafsirkan, bahwa apabila kamu (Muhammad)
telah selesai berdakwah, maka beribadahlah kepada Allah; apabila kamu telah
selesai mengerjakan urusan dunia, maka kerjakanlah urusan akhirat, atau apabila
kamu telah selesai dari kesibukan dunia, maka bersungguh-sungguhlah dalam
beribadah dan berdoa. Ada pula yang berpendapat, bahwa maksudnya adalah,
apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, maka berdoalah. Orang yang
berpendapat demikian, berdalih dengan pendapat tafsir ini, bahwa disyariatkan
berdoa dan berdzikr setelah shalat fardhu.
Surah Al-Insyirah ini diturunkan
ketika Rasulullah saw. mengalami duka karena ditinggal oleh paman dan istri
yang dicintainya dalam waktu yang berdekatan di tahun yang sama. Pesan dari
ayat ini adalah bahwa Allah berjanji, pasti ada jalan keluar dari setiap
masalah. Manusia harus tetap melanjutkan hidupnya, dan teruslah beraktifitas.
Menjalin hubungan yang indah antara makhluk dengan Allah swt dengan tetap
beribadah dan bersyukur. Menjalin hubungan yang baik antar sesama makhluk
dengan tidak menarik diri dari lingkungan sosial dan terus beraktifitas.
Allah swt memerintahkan bahwa ketika
selesai dengan suatu urusan, maka tetaplah bekerja keras dalam urusan yang
lain. Ayat ke tujuh surah Al-Insyirah ini mengatakan bahwa ketika engkau
mendapat kesedihan, duka, maka Allah swt tidak melarang umatnya untuk bersedih.
Hanya saja, bukan kesedihan berkepanjangan. Dalam ayat ini dijelaskan, untuk
melupakan kesedihan itu, maka tetaplah bekerja keras untuk urusan lainnya.
Bekerja keras membutuhkan fokus, untuk hasil terbaik maka diperlukan totalitas.
Manusia diminta fokus dengan urusannya, tidak larut dengan satu titik atau satu
bagian dari kehidupan. Apalagi larut dengan kesedihan.
Jika dilihat kondisi hari ini,
kebanyakan umat muslim tidak menjadikan ayat dari surah Al-Insyirah ini sebagai
kunci untuk move on dan membiarkan
kesedihan tersebut menguasai mereka. Dalam surah ini Allah swt. telah jelas
memberikan solusi ketika seseorang bersedih maka bergeraklah. Bahkan tidak
jarang, manusia memelihara memori tentang kesedihan tersebut dengan terus
bermenung, menyendiri atau menarik diri dari lingkungan sosial, mendengarkan
lagu sedih, dan akhirnya tidak melakukan apa-apa. Hari ini, manusia lebih memilih
fokus dengan kesedihan tersebut, fokus dengan satu bagian dari kehidupan itu
dengan terus berandai-andai.
Beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan untuk mengendalikan kesedihan adalah olahraga, menulis, belajar
kesenian menjahit, menyulam, melukis, memahat, mengukir ataupun bermain musik.
Aktivitas-aktivitas ini membutuhkan konsentrasi dan fokus yang besar dalam
pengerjaannya dan tidak berlalu begitu saja, karena bermanfaat untuk
perkembangan otak, memori, dan mampu menjadi sarana training untuk mengendalikan
emosi. Selain memiliki dampak positif terhadap fisiologis dan spikologis, tetap
beraktivitas dengan fokus dan teratur juga memberikan dampak positif terhadap
ekonomi. Beberapa hasil dari kegiatan ini memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi, misalnya karya tulis, lukisan, patung, kain hasil jahitan dan sulam.
Kegiatan
positif yang dilakukan dengan fokus dan kerja keras pasti membuahkan hasil
positif. Seseorang yang sedih lalu kemudian menjadikan kesedihan itu sebagai
batu pijakan untuk bangkit, memilih olahraga atau bermain musik untuk
mengendalikan kesedihannya, konsentrasi, fokus dan konsisten di bidang tersebut
maka ia mampu manjadi otlet atau musisi dengan kualitas diri yang mumpuni.
Jadilah pribadi produktif dengan memiliki keterampilan menulis, menjahit, melukis, menyulam, mengukir, memahat, bermain dan menguasai musik.